Minggu, 30 Januari 2011

Departures (2008)


Cast: Masahiro Motoki, Ryoko Hirosue, Tsutomu Yamazaki
Director: Yojiro Takita
Genre: Drama
Overall: 8/10

Daigo Kobayashi (Masahiro Motoki) terpaksa harus mengubur keinginannya sebagai pemain cello profesional sekaligus kehilangan pekerjaannya dikarenakan grup orchestranya bubar. Grup tersebut harus berhenti tampil karena memang disetiap pementasannya sepi akan peminat. Menghadapi hal itu, Daigo beserta sang istri memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dan menempati rumah peninggalan mendiang ibunya. Di sana ia mencoba peruntungan dengan memasuki satu lowongan pekerjaan yang ia dapat dari salah satu surat kabar. Awalnya ia berpikir bahwa pekerjaannya yang ia datangi adalah salah satu usaha di bidang travel, karena dalam iklan tersebut tertulis satu kata "keberangkatan". Ternyata kata tersebut bukanlah arti sebenarnya. Keberangkatan yang dimaksud adalah satu prosesi yang ditujukan bagi jenazah sebelum akhirnya akan dikremasi. Prosesi inilah yang nantinya akan dilakoni Daigo sebagai profesi barunya seperti memandikan dan merias wajah jenazah. Namun pekerjaan barunya ini tidaklah lancar ia jalani karena acap kali profesi ini sering mendapat cibiran oleh masyarakat sekitar terlebih istrinya sendiri pun ikut tidak menyetujuinya. Dengan tentangan yang ditujukan padanya tidak lantas membuatnya mundur, justru dengan sikap profesional dan penuh dedikasi, ia lakoni profesi barunya itu meski awalnya sempat dihinggapi keraguan. Dari sini pulalah kelak ia akan mendapatkan kenyataan yang akan mengubah kekeliruan mengenai keluarganya di masa lalu.

Satu alasan bagi saya dalam menikmati tontonan non US adalah karena film yang dimaksud banyak menuai pujian kritikus serta masuk dalam jajaran terbaik festival bergengsi dunia. Alasan ini pulalah yang mendasari saya dalam menjajal Departures, satu film asing asal Jepang karya Yojiro Takita. Banjirnya tanggapan psoitif ditambah predikat film berbahsa asing terbaik versi Academy Awards pastinya 'tak ada alasan untuk tidak mencoba menontonnya. Premis yang disajikan sebenarnya terbilang sederhana namun Takita berhasil dalam mengeksekusi film ini dengan baik. Alurnya berjalan lambat dan mungkin hal inilah yang menjadi alasan penonton umum yang kurang begitu suka akan drama, mejauhi tontonan semacam ini dimana 15 menit awal durasi film, cerita akan terasa datar. Akan tetapi lewat dari itu dimulailah emosi penonton mulai terbangun dan bersimpati atas apa yang menimpa sang tokoh utama. Di sini terbukti dengan penuturannya yang lambat, penjabaran cerita akan berhasil tersampaikan dengan mulus.

Departures merupakan sajian yang penuh dengan moment-moment menyentuh sekaligus menggelitik lewat sempilan humor di dalamnya. Dengan diangkatnya kematian sebagai tema film, tidak lantas membuat film ini hadir layaknya kematian yang menghantui tiap manusia dan seolah-olah kematian adalah sesuatu yang sangat ditakuti. Justru di sini kematian diperlihatkan dengan sentuhan kelembutan bahkan bisa dibilang indah. Dari gambaran tersebut penonton seakan diajak untuk tidak takut akan takdir yang pastinya akan diterima oleh setiap manusia. Tidak lupa visualisasi setting pedesaannya pun terasa menenangkan ditambah iringan musik yang di setiap scene membuat film ini makin terasa menyentuh.

Film ini pastinya tidak akan tampil dengan sempurna secara keseluruhan jika tidak dibarengi totalitas dari cast utamanya Masahiro Motoki. Aktingnya di sini terbilang mulus. Coba tengok tiap emosi yang ia tampilkan beserta mimik dari wajahnya. Begitupun perubahan dari dirinya yang rapuh karena kehilangan pekerjaan ditambah kesedihan batin akan masa lalunya berubah perlahan menjadi individu yang optimis untuk maju dan membuktikan pada orang-orang di sekelilingnya. Satu scene yang paling menyentuh dan dipastikan bagi siapapun yang tidak dekat/kehilangan akan sosok ayah, emosi kita akan turut serta lewat eksekusi dari film ini.

Departures memang bukanlah termasuk jenis tontonan yang cocok bagi setiap penonton terlebih jika mengingat tema yang diangkat. Akan tetapi di luar hal itu, Departures adalah satu film yang meyimpan makna mendalam yang bisa kita selami. Menengok ke tahun 2008 di mana film ini sukses menyabet Oscar sebagai Best Foreign Language Film of the Year dan menyingkirkan Waltz with Bashir yang lebih banyak dijagokan, saya belum bisa berkomentar apa film ini pantas untuk mendapatkan predikat tersebut karena saya sendiri belum menyimak kelima film yang masuk jajaran nominasi. Sejauh ini hanya The Class yang baru saya tonton. Dan jika dibandingkan dengan film asal Perancis tersebut Departures memang masih lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar