Minggu, 13 Februari 2011
Black Swan (2010)
Cast: Natalie Portman, Mila Kunis, Vincent Cassel, Barbara Hershey, Winona Ryder
Diretor: Darren Aronofsky
Writers: Mark Heyman, Andres Heinz, John J. McLaughlin
Genre: Drama, Mystery, Thriller
Overall: 8/10
Masuknya Black Swan dalam jajaran terbaik di berbagai ajang festival seperti Screen Actors Guild Awards, Independent Spirit Awards, Venice Film Festival, BAFTA Awards dan terakhir Golden Globes serta ajang penghargaan tertinggi insan perfilman Academy Awards, tentunya menjadi bekal bagi film arahan Darren Aronofsky ini untuk hadir sebagai film drama yang istimewa, terlepas dari premisnya yang sekilas tampak biasa.
Menjadi seorang pebalet professional adalah impian terbesar bagi Nina Sayers (Natalie Portman). Hingga satu ketika datang kesempatan yang dirasa olehnya adalah satu-satunya jalan untuk mewujudkan impiannya tersebut. Kesempatan itu datang ketika harus mengisi satu posisi penting sebagai peran utama dalam suatu pementasan bergengsi bertajuk Swan Lake. Berhasil menyisihkan para pebalet lain dalam memperebutkan peran Swan Queen, tokoh utama dari pementasan itu, tentunya hanyalah sebuah langkah awal. Terlebih karena peran yang akan ia mainkan nanti tidaklah mudah untuk dilakoni. Swan Queen tampil dengan dua sisi emosi yang berbeda, pertama karakter White Queen yang penuh dengan kepolosan dan di sisi lain ada Black Swan yang dirasa oleh Nina, karakter dari Black Swan sungguh berbanding terbalik dengan kepribadiannya. Dan di sinilah letak kesulitannya. Ia tidak mampu menampilkan sisi gelap, menggoda sekaligus sensualnya Black Swan, terlebih ketika Thomas Leroy (Vincent Casel) sang sutradara pementasan, menyebutkan setiap gerakan yang ia tampilkan tidaklah memiliki jiwa. Dan hal ini semakin diperparah oleh kehadiran pebalet lain yaitu Lily (Mila Kunis), yang menurut Thomas lebih cocok dan menguasai karakter Black Swan dan hal ini semakin membebani psikis Nina.
Seperti yang disebutkan di awal, sekilas Black Swan memang tampak seperti sebuah film yang hanya menceritakan persaingan dua pebalet dalam memperebutkan peran penting guna kemajuan kariernya. Namun apa yang ditampilkan Darren Aronofsky, tidaklah hanya berfokus pada premis sederhana itu saja. Kesederhanaan itu kemudian ia kembangkan dengan cara yang mungkin tidak akan bisa dinikmati semua penonton film.
Lembut, anggun, cantik mungkin itu yang biasa kita dapat lewat pementasan balet. Lain halnya dengan Black Swan, di tangan sineas kelahiran 12 Februari 1969 ini, balet berubah menjadi sesuatu yang gelap, berat dan terlihat mengerikan. Coba tengok beberapa elemen yang ada!!! Ambil contoh setting atau kostum hingga setiap karakter. Dipastikan bagi penonton yang hanya mengetahui pengetahuan tentang balet hanya sedikit saja pastinya akan terkaget-kaget atas paparan kisah yang disajikan Aronofsky di sini. Seperti inikah dunia balet? Kemudian dengan adanya beberapa scene mengejutkan ditambah disisipi aroma erotis, kita sebagai penonton terkadang akan lebih merasakan seperti sedang menikmati satu tontonan thriller/horror erotis.
Secara perlahan pula, lebih dari setengah durasi, Aronofsky mengajak penonton untuk mengikuti perubahan karakter sang tokoh utama, Nina Sayers. Polos serta dipenuhi keraguan secara pelan dan pasti, berkembang menjadi karakter yang gelap dan penuh tipu daya, layaknya pergantian dua karakter dalam pementasan yang akan ia mainkan. Dalam proses transformasi itupun, dipastikan sebagian dari penonton akan dibuat kebingungan akan jalannya cerita. Hal ini dikarenakan tidak sedikitnya berbagai hal absurd yang menyertai pencarian jati diri Nina, hingga akhirnya menimbulkan satu pertanyaan di benak penonton, atas apa yang terjadi pada diri seorang Nina Sayers. Apakah ini hanya halusinasi semata ataukah memang kenyataan.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, dimana lebih dari setengah durasi yang ada, cerita lebih berfokus pada karakter Nina Sayers. Tentu saja ini menjadi tugas utama Aronofsky selaku sutradara dalam mengarahkan Natalie Portman agar mengeluarkan totalitas kemampuannya. Dan hal ini berhasil. Boleh dibilang inilah penampilan terbaik dari aktris berusia 29 tahun ini. Portman lebih banyak bermain dengan emosinya ketimbang melapalkan rentetan dialog bersama karakter lain. Dan hal ini sukses ia tampilkan hingga menciptakan satu sosok individualistis yang depresi yaitu seorang Nina Sayers. Portman pun berhasil dalam membawa serta penonton untuk ikut hanyut oleh arus depresi, konflik batin yang dialami Nina. Satu lagi yang patut kita hargai, lewat usahanya dalam melakukan tariannya sendiri. Tidak sia-sia baginya berlatih selama 6 bulan dimana menyisihkan waktu sekitar 5 jam dalam sehari untuk ikut pelatihan balet juga fisik. Walhasil melalui perannya ini, berbagai penghargaan diraihnya termasuk award bergengsi yang sukses didapatnya ketika Golden Globe kemarin sebagai aktris terbaik dalam film drama.
Puncak karier Portman pun akan dibuktikan 27 Februari mendatang lewat ajang Academy Awards. Seperti kita tahu sendiri Portman sukses melenggang masuk sebagai calon terbaik dalam nominasi Best Performance by an Actress in a Leading Role di acara penghargaan ini yang memang disebut-sebut sebagai patokan sukses atau tidaknya bagi siapapun yang bergelut di dunia perfilman. Cukup sulit memang baginya, mengingat ada nama Annete Bening yang juga cukup banyak diperhitungkan untuk meraih gelar terbaik tersebut. Namun rasanya jika kita mengingat beberapa keberanian yang dilakukan Portman dalam Black Swan, seperti hot scenenya bersama Mila kunis, rasa-rasanya hal ini menjadi satu nilai lebih baginya. Jika kita tengok beberapa hasil aktris terbaik dalam ajang ini, sepertinya juri-juri Oscar menyukai akan hal-hal keberanian semacam ini bukan?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar