Senin, 08 November 2010

Shutter Island (2010)


Cast: Leonardo DiCaprio, Mark Ruffalo, Ben Kingsley, Michelle Williams, Jackie Earle Haley, Patricia Clarkson, Emily Mortimer
Director: Martin Scorsese
Genre: Drama, Mystery, Thriller
Overall: 9/10

Baru-baru ini kekecewaan datang dan rasanya bukan hanya dialami oleh penonton Bandung saja melainkan di beberapa luar kota pun, terpaksa harus gigit jari dikarenakan ketidak pastian datangnya The Social Network di layar bioskop. Bukan hanya kali ini saja, di tahun ini bisa kita sebut ada beberapa film yang rentang waktu rilis boleh dibilang terlampau jauh dengan rilis wilayah Jabotabek khususnya Jakarta. Sebut saja The Lovely Bones dan Shutter Island. Dua film tersebut tentunya begitu ditunggu mengingat nama sineas yang berada di belakangnya. Jika kepenasaran akan Bones perlahan pudar disebabkan review yang kurang positif lain hal dengan Island justru sebagian besar penilaian yang ada terhadap film ini relatif bagus. Di Jakarta tertanggal 3 Maret, Island sudah mulai bisa dinikmati lain hal dengan kota-kota lainnya termasuk Bandung. Butuh waktu sekitar 5 bulan lebih penonton diharuskan sabar dengan sedikit kemungkinan tidak tergoda akan media bootleg ataupun hasil download-an. Apakah hal ini dikarenakan kesalahan teknis dalam segi pemasaran ataukah memang film ini dianggap kurang komersil hingga ditakutkan dijauhi penonton?

Shutter Island mengisahkan seputar kasus penyelidikan yang dilakukan Teddy Daniels (DiCaprio) dan partnernya Chuk Aule (Mark Ruffalo) dalam mencari hilangnya seorang pembunuh secara misterius di sebuah tempat semacam penjara namun berkesan seperti Rumah Sakit Jiwa dengan tingkat keamanan paling ketat bernama Ashecliffe Hospital. Namun setelah beberapa hari penyelidikan tersebut mulai muncul keganjilan di benak Teddy ditambah bayang-bayang kelam masa lalu sang istri yang akhirnya berujung pada sebuah fakta yang benar-benar mengejutkan.

Dengan nama Scorsese sebagai penggarap dan DiCaprio melakoni peran utama tentunya penonton mengharapkan satu tontonan dengan paket berbobot jaminan mutu. Dan dengan berbekal trailer pula rasanya penonton pun dihadapkan satu sajian yang kelak membutuhkan tingkat konsentrasi penuh saat menyimaknya. Walhasil, antisipasi yang timbul sebelumnya memang terbukti. Scorsese sekali lagi menyuguhkan satu sajian yang memuaskan, dimana ini adalah film kedua darinya yang saya tonton setelah The Departed. Meski secara keseluruhan menurut saya Island berada di bawah Departed, namun apa yang saya dapat dari film ini justru melebihi dari ekspektasi saya sebelumnya.

Keberhasilan ini tentunya tidaklah digawean Scorsese sendiri. Dimulai dari barisan cast, tercatat paling utama ada nama Leonardo DiCaprio. DiCaprio di sini sekali lagi berhasil dalam menghadirkan aktingnya yang berkelas dan jauh lebih matang dan sukses menampilkan karakter depresi Teddy. Selain DiCaprio, dukungan nama lain pun seperti Michelle Williams terutama Ben Kingsley tidak ada yang tampil secara mubazir tidak terkecuali para pendukung lain yang meski kebagian porsi yang minim sebut saja Jackie Earle Haley, Patricia Clarkson dan Emily Mortimer.

Dukungan cast memang dirasa paling penting tetapi bantuan dari orang-orang yang tidak diragukan lagi kredibilitasnya semisal penulis naskah dan sinematografer rasanya jadi poin yang wajib diperhatikan. Untuk sinematografer, Scorsese memakai jasa Robert Richardson yang pernah meraih Oscar lewat JFK dan The Aviator, dimana setiap apa yang ia tangkap berhasil dalam memberikan suasana misteri filmnya sendiri. Sementara untuk urusan naskah dipercayakan pada Laeta Kalogridis yang sukses menyadur kisah dari novel Dennis Lehane menjadi satu sajian yang penuh teka-teki beserta twist yang mantap.

Shutter Island bagi saya memang merupakan salah satu tontonan yang memberikan kepuasan dengan semua unsur yang ada di dalamnya. Cerita yang tanpa celah bagi penonton untuk menerka-nerka kira-kira apa yang tengah dan akan terjadi berikutnya bagi saya adalah sesuatu yang bisa membuat betah untuk terus menyimak, namun bagi sebagian penonton mungkin hal tersebut malah membuat rasa lelah keburu hinggap, akan tetapi rasanya kelelahan tersebut akan terbalas dengan ending mengejutkan yang bagi saya ini adalah eksekusi terbaik yang pernah saya dapat. Dengan kenyataan bahwa film ini pernah mengalami pengunduran jadwal rilis dan disinyalir merupakan awal dari kegagalan suatu film, nyatanya hal itu tidaklah terbukti. Dengan hasil box office yang tembus diatas $100juta dibarengi review yang bagus Shutter Island tentunya merupakan sebuah proyek dengan hasil yang sempurna. Sementara bagi saya, yang dibarengi penantian panjang, tentunya tidak sia-sia karena akhirnya kita diberi satu kata, MEMUASKAN!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar