Rabu, 24 November 2010

Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 1


Cast: Daniel Radcliffe, Emma Watson, Rupert Grint, Ralph Fiennes, Helena Bonham Carter,
Director: David Yates
Genre: Action, Adventure, Fantasy
Overall: 8/10

Jika di bulan Juli lalu ada satu fenomena dimana para remaja putri dibuat klepek-klepek karena kedatangan sebuah franchise yang berisikan para vampir pucat nan charming beserta manusia serigala super keren karena perut kotak-kotaknya, di bulan ini tepatnya tanggal 19 saatnya kita menyambut kedatangan fenomena lain melalui sebuah franchise tersukses dari seri pamungkas bagian pertamanya. Mulai dari bocah, remaja hingga dewasa rasanya tersihir oleh seluruh aspek yang ada di dalamnya. Fenomena tersebut 'tak lain dan 'tak bukan adalah Harry Potter.

Seperti yang kita tahu, jilid terakhir dari petualangan Harry cs yang bertajuk Harry Potter and the Deathly Hallows, dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dirilis bulan ini tepatnya tanggal 19 sementara bagian ke 2 dipatok untuk edar bulan Juni tahun depan. Kecewa dan ada pula yang senang. Kecewa, karena itu artinya para penonton harus rela bersabar kembali demi menyaksikan aksi Harry dan kawan-kawan dalam menuntaskan tugasnya. Tapi, di sisi lain bagi para fans berat yang tidak rela idolanya cepat berakhir di layar lebar tentunya dengan senang hati menerima kabar tersebut.

Antusias dan sedikit ragu, itu yang saya rasa dalam menanti seri ke-7 bagian pertama ini. Antusias tentunya sudah pasti, mengingat ceritanya yang makin mendekati klimaks. Namun jika mengingat hasil dari seri sebelumnya yaitu Harry Potter and the Half-Blood Prince rasanya sangsi terhadap David Yates selaku sutradara pastinya akan ada. Menuai sukses dan dibarengi oleh pujian para kritikus tidak lantas membuat saya ikut-ikutan menyanjung jilid ke-6 tersebut. Bagi saya The Half-Blood Prince adalah seri film yang paling lemah dari ke-5 jilid sebelumnya.

Bagi yang kurang puas atau sepenuhnya kecewa dengan The Half-Blood Prince, tampaknya jilid ke-7 bagian pertama ini boleh dibilang sebagai obat penghilang kekesalan dan rasanya akan melebihi ekspektasi pula. Memuaskan! Itulah yang saya sematkan untuk Deathly Hallows. Bagi saya, komentar yang dialamatkan tidaklah berlebihan. Deathly Hallows, saya anggap sebagai adaftasi Harry Potter terbaik, itu saya lihat dari berkembangnya cerita yang kini berasa dewasa dan sepenuhnya menanggalkan kesan kekanakan. Steve Kloves yang masih dipercaya sebagai penulis naskah rasanya patut diberi kredit pertama atas skrip adaftasinya yang terbilang berhasil, terlepas dari kejeniusan J.K Rowling selaku penulis novelnya. Setelah itu, David Yates lah yang bertanggung jawab penuh atas suksesnya ia dalam menangani seri ini.

Jika sebelumnya Yates dianggap sebagai orang yang beruntung karena ketidak gagalannya dalam membesut Harry Potter and the Order of the Phoenix, namun entah mengapa ketika menangani jilid berikutnya, ia seakan kurang telaten dalam menerjemahkan seri dari novel yang dianggap paling kelam menjadi suatu tontonan yang cenderung komedi dan membosankan. Menengok apa yang ditorehnya itu, wajarlah jika kemudian tidak sedikit pihak yang menyangsikan atas dipercayanya kembali Yates guna mendalangi Harry Potter the series.

Seperti sebuah penebusan, dengan dibagi duanya seri pamungkas ini, Yates begitu memamfaatkan sebaik-baiknya dengan lebih detail mengarahkan termasuk mengatur barisan cast-nya. Hal ini, tentu saja khusus kita tujukan bagi Radcliffe, Watson dan Grint yang menunjukan tajinya. Sementara yang lain, seperti dukungan dari para bintang Inggris ternama, meski rela tampil minim rasanya mereka pun tidak tampil ala kadarnya. Seperti karakter baru Rufus Scrimgeour yang dilakoni Bill Nighy, kemudian Imelda Staunton, Ralph Fiennes sampai Alan Rickman. Dan tentu saja yang paling menonjol dari jajaran tersebut adalah Helena Bonham Carter. Disini ia kembali bermain total seperti saat pertama kali ia muncul di Order of The Phoenix. Dan rasanya jika kita berbicara mengenai villain, tahun ini sudah pasti milik istri dari Tim Burton tersebut. Seperti kita tahu, tempo hari ia tampil memorable dalam Alice in Wonderland yang menutupi cast lainnya termasuk kharisma dari Johnny Depp.

Harry Potter and the Deathly Hallows bagi saya sudah jelas adalah tontonan yang mengena sebagai film hiburan. Porsi dari action, drama dan komedi hadir dengan porsi yang pas. Kehadiran tokoh Ron yang di seri sebelumnya dirasa annoying dengan kisah cinta konyolnya, kali ini munculnya ia justru menjadi sekuens komedi yang terasa cukup menggelitik. Dari segi action pun jilid ini memiliki amunisi yang cukup sehingga penonton pun tetap terjaga dan tidak dibuat terkantuk-kantuk dari durasi yang terbilang panjang. Terakhir, Deathly Hallows bagi saya adalah film terbaik dari Harry Potter the series yang pernah saya tonton. Hal ini mungkin juga dikarenakan oleh tidaknya saya membaca novelnya sebelum saya menonton filmnya sendiri. Dengan begitu kita sebagai penonton tidak akan terganggu oleh perbedaan/pembabatan plot cerita yang biasa terjadi dari sebuah film yang disadur dari media buku/novel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar